nih, mau ngeblog isi curhatan buat si babeh. katanya blog yang kemaren mengecewakan. pertama yah, gue kenal dia dari sms. sebenernya dia kenal gue udah lama, cuman guenya yang ga kenal2 dia. dia add fb gue, ngirim pesan fb ke gue minta konfirm. pertama gue mikir ini orang asing yang ga tau siapa dan dari mana. gue biarin aja tuh permintaan pertemanan sampe berbulan bulan. sampe akhirnya, waktu gue mau daftar polisi dia sms ke nomer gue. kalo ga salah nyemangatin gue gitu buat jadi polisi, dan dibawahnya ada bacaan Irwan Budi Jaya. nah, gue inget disitu ada orang yg ngeadd gue dengan nama Irwan Budi Jaya yg tempo hari ngirim pesan fb itu temennya pake Sugam (paman gue). oke, dari situ gue konfirm pertemanan fb dia. beberapa kali gue smsan sama dia hari itu, sampe ujungnya dia minta pin bb gue. gak gue kasih karna bb gue masih dalam proses pengiriman dari batam.
beberapa minggu kemudian dia ngeadd pin bb gue, gue tetep nganggep dia orang asing, orang asing yang temenan sama paman gue. dia ceritain semua tentang keluarga dia sewaktu dia pertama kali bbm. dia bilang sering bantu keluarga pade sugam. waktu kenal dia, pas deket sama hari ulang tahun gue. dia bilang udah biasa ngasih-ngasih ke anaknya pade sugam kalo anaknya pade sugam itu ulang tahun. makanya, gue mau dikasih birthday cake sama dia. lagian juga, haha agak menyedihkan ini, gue baru dua kali itu ngerasain ulang tahun ada birthday cake yang sebelumnya gue ulang tahun waktu gue masih umur 1 tahun. dari 1 tahun ke 18 tahun, haha waktu yang cukup lama buat ngerasain punya birthday trus tiup lilin diatas kue.
oke, lanjut tentang yang tadi. beberapa lama kenal sama dia gue sering bbman sama dia dan gue juga sering banget curhat sama dia. gue nyaman sama dia, apalagi saat gue curhat sama dia. dan satu lagi, gue kangen sesosok bokap dihidup gue. sosok bokap yang rill, yang nyata, yang ngelakuin perannya sebagaimana mestinya. gue kangen dinafkahin, dibela ketika gue punya masalah, didengerin curhat gue dengan gayanya manjain anaknya, dianterin ke sekolah. gue sering ngebatin, ngiri denger cerita temen yang cerita bokap gue, bokap gue, bla bla bla. gue juga sering ngebatin, ngiri ngeliat temen yang dianter ke sekolah sedang gue jalan kaki.
bapak Soesanto Saputra, menawarkan kenyamanan dalam diri gue buat jadi bokap gue. dan gue anggep dia jadi bokap gue. gak ada tanda berupa akte atau semacemnya yg buktiin kalo dia bokap gue, bokap angkat gue. dia bilang kalo gue anak angkatnya, walau hanya dalam pembuktian ucapan. gue sama sekali ga permasalahin bukti-bukti segala macemnya, karna gue juga masih takut buat bener-bener diakuinnya kalo gue bener anak angkatnya. gue takut karna gue sering ga patuh sama dia, gue sering nyakitin perasaannya. dia memang beda sama orang tua kandung gue. orang tua gue ga gue dengerin nasehatnya mereka ga masalah, karna mereka paham sama sifat gue dan mereka juga percaya sama gue kalo gue udah ngerti dan bisa bikin keputusan sendiri. toh juga kalo nyokap gue kalo gue curhatin, selalu bilang "kamu yang tahu permasalahannya. ya kamu pasti yang tahu solusinya" secara ga langsung bilang "lo pikir aja sediri". yah, gue ngerti kenapa nyokap kaya gitu, gue tau dia capek sama urusan dunianya. dia terlalu berat mikul beban keluarga sendirian. itu sebab kenapa gue mau pindah ke bekasi dengan iming2 dibayarin sekolah sama keluarga gue yang di bekasi. ga lain ga bukan ngurangin beban nyokap.
dan alhamdulillah sekarang gue kuliah dapet beasiswa, dan bokap angkat gue yang ngebantuin gue. gua udah jarang ngebebanin nyokap gue lagi.
Senin, 31 Desember 2012
Jumat, 28 September 2012
Desa dan Kota
A.
Definisi Desa
Sekumpulan orang yang menempati
sebuah tempat yang didasari tujuan welas asih, sopan santun, dan didasar agama
dalam bertindak sehari-hari tanpa melihat materi secara berlebihan,sehingga
perkembangan di desa menjadi sangat lambat diakibatkan pemikiran-pemikiran masyarakat
desa yang kurang ke depan merupakan definisi dari masyarakat desa. Desa merupakan
pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan yang dipimpin
oleh Kepala Desa.
a.
Pengertian desa/pedesaan
Yang
dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai
berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai pergaulan hidup yang
saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (ekonomi)adalah
agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan
alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan.
Dalam kamus sosiologi kata
tradisional dari bahasa Inggris, Tradition artinya Adat istiadat
dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang
ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desa itu sendiri mengandung
kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang
sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan
bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat ,
kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas.
Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh actor yang melaksanakan pembangunan di desa tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di desa, pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan secara teoritis memberi kesempatan pada desa untuk menentukan arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan dananyapun lebih untuk pembangunan fisik.
Bahkan, di Sumenep (Madura), karena kuatnya peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan menjadi proyek para klebun.
Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep :”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak kalangan,
tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas.
Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh actor yang melaksanakan pembangunan di desa tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di desa, pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan secara teoritis memberi kesempatan pada desa untuk menentukan arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan dananyapun lebih untuk pembangunan fisik.
Bahkan, di Sumenep (Madura), karena kuatnya peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan menjadi proyek para klebun.
Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep :”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak kalangan,
tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.
b. Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan
perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam
sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang
diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini
merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan ,
tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat,
intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah
semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat
atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya
yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan
mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak
disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu
yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang
dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat
terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari
luar.
B.
Definisi Kota
Sekumpulan orang yang menempati
sebuah tempat yang didasari tujuan yang over agresif,sehingga perkembangan di
kota menjadi sangat pesat diakibatkan pemikiran-pemikiran masyarakat kota yang
selalu berpikir ke depan merupakan definisi dari masyarakat kota. Kota adalah
merupakan pemukiman bukan pedesaaan yang berperan didalam satuan-satuan wilayah
pengembangan dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa menurut pengamatan
tertentu (Lihat RUU Tata Ruang Kota).
A.
Pengertian Kota
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang
bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.
i.
Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
ii.
Max
Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
iii.
Dwigth
Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut
Kota, karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik.
Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe
masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri :
a.
Netral
Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b.
Orientasi
Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c.
Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d.
Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e.
Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
B.
Ciri-ciri masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
i.
Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu
dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
ii.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
iii.
Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas
dan mempunyai batas-batas yang nyata.
iv.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga
lebih banyak diperoleh warga kota.
v.
Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan
pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti
sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
vi.
Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab
kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
C.
Perbedaan antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering
dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan
(urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya
tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam
masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh
dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada
hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985),
menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama,
hubungan kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
a. Jumlah dan kepadatan penduduk
b.
Lingkungan
hidup
c.
Mata
pencaharian
d.
Corak
kehidupan social
e.
Stratifiksi
social
f.
Mobilitas
social
g.
Pola
interaksi social
h.
Solidaritas
social
i.
Kedudukan
dalam hierarki sistem administrasi nasional
D.
Hubungan Desa-kota, hubungan
pedesaan-perkotaan.
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas
yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar
diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena
diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging
dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti:
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti:
i.
Ekspansi
kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah
atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan
besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
ii.
Invasi
kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru
sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau
hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
iii.
Penetrasi
kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini
yang sesungguhnya banyak terjadi;
iv.
Ko-operasi
kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke
kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan
orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah
berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan
dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa
adalah :
a.
Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan
adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling
membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123
).
b.
Sebab-sebab Urbanisasi
1.)Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push factors)
2.) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
1.)Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push factors)
2.) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
Hal – hal yang termasuk push factor
antara lain :
a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang
dengan persediaan lahan pertanian,
b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa
oleh produk industri modern.
c. Penduduk desa, terutama kaum muda,
merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu
cara hidup yang monoton.
d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk
menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh
berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga
memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan
b. Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125)
Rabu, 12 September 2012
Kehidupan setelah lulus dari SMA
wuusss....
dateng juga waktu dimana graduation itu tiba. banyak banget pengalaman baru, lebih ekstrim, over ekstrim. dari gua ketemu orang super baik, ketemu orang over idiot, putus dan ditinggalin sama pacar gua yang udah gua tulis di postingan sebelumnya
okeh! gua udah kuliah men!! Alhamdulillah, gua dapet kampus negri, dapet beasiswa, dan asrama gratis dari beasiswa itu. masa ospek gua jalanin, seminggu gua ospek, dan 2 hari gua kaya orang bloon, make caping, tas karung, kaos kaki beda2, kanan ijo kiri ungu (bloon banget kan). Dateng jam 5, dan untung gua udah asrama, jadi gua ga kerepotan dari rumah yang jarak dari rumah ke kampus itu jauh, banget. udah gitu ke kampus ga boleh bawa kendaraan. repot kan haha ya Alhamdulillah gua asrama.
Udah mulai masa masa di asrama, belom dapet problem, masih asik dan belom ada insiden atep bocor. sebelum, dari situ masalah-masalh kecil mucul. gua mulai ngerasa di parasitin sama temen2 sekamar gua. dongkol sih, banget. gua beli pake duit. memang, gua punya bokap angkat tapi gua ga pernah ngejagain sama apa yang dia kasih.
buat gua, fine2 aja lo mau pake apa yg gua punya, makan makanan yang gua punya. tapi liat sikon juga namanya minta itu pake omongan kan. kalo ga pake omongan namanya apa? mencuri? nyolong? nyipet? betak? ha?
buat reader, gua harus negor temen sekamar gua gimana? gua udah nganggep keluargalah, oke. tapi kok gua ngerasa gini yah. satu dua kali okelah ikhlas, tapi kalo berkali kali sampe abis itu lo ikhlas ga? kok gua engga yah? hahaha
gua pengen pindah kamar rasanya, gerahhhh!! please, ini baru minggu keempat gua sekamar. kamarnya si pewe, hanumnya juga pewe. tapi dua makhluk itu bikin berat hati bilang nih kamar pewe.
mau bawa barang2 ke asrama juga jadi males. kaya misal printer, gua tau gua butuh suatu hari, tapi gua yakin ga gua doang yang pake. dipake nya bareng-bareng dan dianggep free. sedih deh huhu
dateng juga waktu dimana graduation itu tiba. banyak banget pengalaman baru, lebih ekstrim, over ekstrim. dari gua ketemu orang super baik, ketemu orang over idiot, putus dan ditinggalin sama pacar gua yang udah gua tulis di postingan sebelumnya
okeh! gua udah kuliah men!! Alhamdulillah, gua dapet kampus negri, dapet beasiswa, dan asrama gratis dari beasiswa itu. masa ospek gua jalanin, seminggu gua ospek, dan 2 hari gua kaya orang bloon, make caping, tas karung, kaos kaki beda2, kanan ijo kiri ungu (bloon banget kan). Dateng jam 5, dan untung gua udah asrama, jadi gua ga kerepotan dari rumah yang jarak dari rumah ke kampus itu jauh, banget. udah gitu ke kampus ga boleh bawa kendaraan. repot kan haha ya Alhamdulillah gua asrama.
Udah mulai masa masa di asrama, belom dapet problem, masih asik dan belom ada insiden atep bocor. sebelum, dari situ masalah-masalh kecil mucul. gua mulai ngerasa di parasitin sama temen2 sekamar gua. dongkol sih, banget. gua beli pake duit. memang, gua punya bokap angkat tapi gua ga pernah ngejagain sama apa yang dia kasih.
buat gua, fine2 aja lo mau pake apa yg gua punya, makan makanan yang gua punya. tapi liat sikon juga namanya minta itu pake omongan kan. kalo ga pake omongan namanya apa? mencuri? nyolong? nyipet? betak? ha?
buat reader, gua harus negor temen sekamar gua gimana? gua udah nganggep keluargalah, oke. tapi kok gua ngerasa gini yah. satu dua kali okelah ikhlas, tapi kalo berkali kali sampe abis itu lo ikhlas ga? kok gua engga yah? hahaha
gua pengen pindah kamar rasanya, gerahhhh!! please, ini baru minggu keempat gua sekamar. kamarnya si pewe, hanumnya juga pewe. tapi dua makhluk itu bikin berat hati bilang nih kamar pewe.
mau bawa barang2 ke asrama juga jadi males. kaya misal printer, gua tau gua butuh suatu hari, tapi gua yakin ga gua doang yang pake. dipake nya bareng-bareng dan dianggep free. sedih deh huhu
Jumat, 08 Juni 2012
what the fucking title
Lama ga jumpa yah . yaa, banyak sih inspirasi buat ngeblog.
Banyak pengalaman yang mau di taro blog. Tapi berhubung kendala dihilangnya
modem jadi semua itu tertunda dan akhirnya.
Gua punya blog itu bukan buat ngeluarin unek-unek. Gua punya
blog bukan buat ngeluarin unek-unek *dengan semangat patung liberty* . gua
punya blog ini, semata-mata yaa biar bisa kaya bang @radityadika, bang @poconggg
sama bang @shitlicious yang fans2nya haus akan karya dia. Bukan buat ngeluarin
isi hati. Iyaa, mungkin isi blog gua yg kemaren2 ngomongin soal cowo. Karena
mereka ngasih inspirasi buat gua. Yaa emang gua kan lagi masanya kan.
Semua orang tau, 18 tahun lagi masa2nya ababil. Yang gampang
ke ombang ambing perasaaannya. Makanya ga jarang seumuran ini banyak pemuda yang
galau. Ababil adalah proses terbentuknya pemikiran kanak2 menjadi pemikiran
yang dewasa. Biarkan lah seumuran ababil memasuki pejajakannya. Sebenernya,
buat apa lah ini nulis di blog? Kata2 kaya gini harus diomongin di blog.
Lo ngerti ga sih sama apa yang gua omongin? Sama gua juga ga
ngerti. *cari sumur* *nyebur sumur*
Oke gini ceritanya. Gua dapet bokap, bokap angkat. Sumpah
gua manusia terberuntung di dunia bisa dapet bapak angkat kaya dia. Soal yg
harus disembunyiin identitasnya ini yg gua ga ngerti. Oke, gua punya bokap kaya
dia. Segala sesuatu bisa dia lakuin dlm genggamannya. Dia kabulin segala
keinginan yamg gua sebut. Dia penuhi segala kebutuhan gua. Dia sayang, sayang
banget sama gua. Dia baik, terbaik. Tapi sayang, penyakitnya itu yang bikin dia
kurang beruntung.
Gua sering marah sama dia. Karna apa, karna gua ga ngerti
sama dia. Apasih? Kenapasih? Nyokap kandung gua aja ga ngelarang. Gua terbiasa
hidup dengan prinsip2 gua.
Gua bukan orang yang sering diperhatiin orang tua dari
semenjak nyokap jadi tulang puggung keluarga. Dengan semangat buat bikin
keluarga gua jadi keluarga yg lebih baik itulah prinsip2 gua kebentuk. Gua
bukan tipe orang yg suka diatur, terlebih dikekang. Dan bukan orang yang
penurut, terkecuali sama nyokap yaa.
Dengan kaya gitu bukan berarti nyokap gua ga pernah ngajarin
gua bersikap yaa. Dia ngajarin. Dia ngajarin buat bikin anaknya kuat yang ga
bermental tempe yang sekali diinjek langsung ancur. Gua keras kepala, bukan
karna nyokap ga ngedidik. Gua keras kepala karna lingkungan yang mendikte gua
selama 3 tahun ini. Hidup di keluarga sendiri, yang ga ada satu pun yang suka
dengan adanya gua disini. Gua mau ngapain mereka ga perduli. Paling kalo gua
pulang malem baru mereka ngelapor ke tetangga gini gitu, ntar baru tetangga yang
bilangin ke gua. Kenapa lo pulang malem? Dan gua Cuma jawab, iya kemaren lupa
pamit. Nengok temen di rumah sakit *ngomong sama tetangga itu*.
Gua kalo bikin kesalahan, laporan ke orangnya itu yang ga
gua suka suka di tambah tambahin. Bilang gua suka pulang malem. Padahal kapan
sih gua pulang malem. Keseringan juga temen yang gua suruh main ke rumah, duduk
di teras samping dan jam 10 pulang.
Kehidupan dunia gua keras. Apa yang dirasa sih kalo ga
dianggep di rumah? Engga enak kan? Gua ga mau jelek2in keluarga gua sendiri di
blog. Blog itu semua orang baca. Bukan tempat keluarin unek2. Gua biasa nulis
di diary sih, kalo ga ngomong sama kaca sambil nangis sambil ngemilin dati
sepotek potek.
SEKIAN
Langganan:
Postingan (Atom)